Ceritanya, kita ingin memasang perangkat wireless access point di plafon. Kita menemukan titik ideal pemasangannya adalah di plafon, tepat di tengah ruangan, sehingga sinyal WiFi dapat meng-cover seluruh sudut ruangan.
Akan tetapi di plafon tidak ada outlet listrik untuk memberi pasokan daya untuk access point.
Lha gimana dong?
Mosok yo kita harus tarik kabel listrik juga, selain tarik kabel UTP?
Di situasi inilah Power Over Ethernet (PoE) menjadi solusi.
Apa itu Power Over Ethernet (PoE)?
Power Over Ethernet memungkinkan sebuah kabel UTP untuk menghantarkan data sekaligus memberi pasokan daya listrik untuk perangkat jaringan yang sudah mendukung PoE seperti wireless access point, IP CCTV camera, maupun IP phone sehingga perangkat tersebut tidak membutuhkan tersedianya colokan listrik di dekatnya.
Dengan PoE, kita hanya membutuhkan sebuah kabel untuk data & daya listrik sehingga perangkat jaringan seperti access point atau kamera CCTV berbasis IP dapat dipasang dimanapun meski jauh dari colokan listrik seperti di atap maupun di tiang. Kita juga dapat melindungi perangkat jaringan tersebut dari downtime yang diakibatkan oleh mati listrik dengan menyediakan UPS terpusat untuk PoE switch.
Bagaimana Bentuk Implementasi PoE?
Secara umum, ada dua cara untuk mengimplementasikan PoE:
- Menggunakan PoE injector
- Menggunakan PoE switch
PoE Injector
PoE injector adalah perangkat yang berfungsi untuk menyisipkan daya di dalam kabel UTP untuk perangkat jaringan. Secara umum, PoE injector berbentuk seperti adaptor dengan 3 buah port: power, LAN, PoE.
Port power untuk kabel listrik yang kita colokkan ke outlet listrik. Port LAN dihubungkan ke switch menggunakan kabel LAN. Port PoE dihubungkan ke perangkat yang membutuhkan daya PoE.
Di gambar berikut ini, port PoE pada PoE injector dihubungkan ke IP phone, dimana kabel yang menghubungkan PoE injector dengan IP phone menghantarkan data dan daya listrik sekaligus.
PoE Switch
Jika perangkat PoE kita banyak, menggunakan PoE injector akan menimbulkan kerumitan tersendiri karena masing-masing perangkat membutuhkan PoE injector sendiri-sendiri.
Untuk implementasi PoE skala besar, lebih ideal menggunakan PoE switch. Port ethernet pada switch PoE dapat menyediakan pasokan daya untuk perangkat-perangkat PoE kita.
Tidak semua switch PoE menyediakan pasokan daya di semua port-nya. Sebagian model switch PoE hanya menyediakan pasokan daya di beberapa port saja.
IEEE 802.3at – PoE+
Standar PoE pertama, IEEE 802.3af yang diinisiasi pada tahun 2003, menyediakan pasokan daya maksimum 15.4w per perangkat. Itupun hanya 12.95w yang dijamin sampai di perangkat mengingat ada daya yang hilang seiring dengan makin panjangnya kabel yang digunakan.
Pada tahun 2009, IEEE PoE Task Force memperbarui standar PoE dan merilis IEEE 802.3at, atau disebut juga PoE+. PoE+ dapat memasok daya hingga 25.5w per perangkat sehingga perangkat jaringan yang membutuhkan daya besar seperti kamera PTZ, IP phone, dan wireless access point berdaya besar dapat bekerja dengan baik.
Standar Baru PoE: IEEE 802.3bt
Seiring dengan berkembangnya teknologi jaringan dan munculnya tren Internet of Things (IoT), perangkat dengan dukungan PoE semakin banyak dan performa perangkat-perangkat tersebut semakin tinggi. Sehingga dibutuhkan sebuah standar baru yang memungkinkan untuk memasok daya lebih besar ke perangkat PoE yang membutuhkan.
Pada semester kedua tahun 2017, IEEE PoE Task Force merilis standar PoE IEEE 802.3bt dengan pasokan daya sampai 75w per port untuk mendukung perangkat-perangkat PoE yang “haus daya” seperti outdoor WiFi radio & kamera CCTV berperforma tinggi.
Apa itu PoE Power Budget?
PoE Power Budget adalah jumlah maksimum daya yang dapat dipasok oleh sebuah switch PoE untuk semua perangkat PoE yang terhubung ke switch tersebut. Agar seluruh perangkat PoE yang terhubung ke switch dapat bekerja dengan baik, maka keseluruhan daya yang dibutuhkan oleh perangkat yang akan terhubung ke switch harus dihitung. Jika tidak, maka beberapa perangkat PoE tidak akan bisa hidup dan bekerja dengan semestinya.
Dalam merencanakan kebutuhan daya PoE, selain menghitung kebutuhan daya saat ini, kita juga harus mengantisipasi kebutuhan daya untuk pengembangan di masa depan.
Perangkat PoE dapat mengirimkan sinyal Discovery Protocol untuk menginformasikan kebutuhan dayanya kepada switch. Jika kebutuhan daya perangkat tersebut lebih rendah dari maksimum default (15.4w untuk PoE atau 25.5w untuk PoE+), maka switch PoE akan menyediakan daya sesuai kebutuhan perangkat tersebut pada port dimana perangkat tersebut terhubung, dan mengalokasikan kelebihan dayanya untuk port lain yang membutuhkan. Jika daya yang diminta lebih besar dari power budget yang tersedia, maka switch akan mematikan port tersebut atau tetap membiarkan port tersebut hidup dengan daya maksimum default yang tersedia.
Green PoE
Beberapa produk switch PoE menyediakan fitur time-based PoE. Dengan fitur ini, kita dapat membuat jadwal kapan sebuah port menghidupkan PoEnya dan kapan port tersebut mematikan pasokan dayanya sehingga dapat menghemat daya dan bisa juga meningkatkan keamanan.
Keuntungan Menggunakan PoE
- Mengurangi biaya instalasi. Hanya membutuhkan sebuah kabel UTP untuk data dan daya listrik. Sehingga tidak perlu menggunakan kabel terpisah untuk pasokan listrik dan tidak perlu tambahan outlet listrik & adaptor. Penghematannya akan sangat terlihat pada implementasi skala besar.
- Fleksibilitas. Perangkat PoE dapat dipasang dimanapun tanpa ketergantungan pada outlet listrik. Sehingga dapat memberikan fleksibilitas lokasi pemasangan perangkat dimanapun di titik yang tepat tanpa mempertimbangkan lokasi outlet listrik.
- Reliabilitas. Infrastruktur PoE memungkinkan manajemen daya yang terpusat. Sehingga hanya membutuhkan sebuah UPS untuk mendukung seluruh perangkat PoE dari downtime akibat masalah pasokan daya.
- Manajemen Terpusat. Kita dapat mengontrol switch PoE melalui web management yang disediakan maupun melalui SNMP. Sehingga kita dapat mengelola switch dan pasokan daya perangkat PoE hanya dari sebuah antarmuka manajemen.
Contoh Perangkat PoE
Wireless Access Point
WiFi Access Point biasanya merupakan perangkat yang ditenagai oleh PoE karena penempatannya yang tidak selalu dekat dengan outlet listrik. Beda tipe AP dapat memiliki kebutuhan daya yang berbeda pula. AP dengan concurrent dual-band memiliki kebutuhan daya yang lebih besar daripada single-band.
IP Camera
Ada beberapa tipe IP camera, mulai dari yang basic, kamera pan-tilt-zoom (PTZ), hingga kamera pendeteksi gerak & panas. Setiap jenis kamera tersebut memiliki kebutuhan catu daya yang berbeda. Kamera outdoor biasa membutuhkan konsumsi daya sekitar 7w, sedangkan kamera PTZ dengan infra-red night vision akan membutuhkan daya yang lebih besar.
IP Phone
IP phone umumnya dapat dioperasikan dengan PoE. IP phone standar mengonsumsi daya sekitar 4-7w. Sedangkan IP phone dengan backlight, LCD berwarna, atau bahkan dengan fitur video dapat mengonsumsi daya lebih dari itu.