Al-Quran adalah porsi terbesar dalam kurikulum pendidikan Pesantren Ilmu Al-Quran (PIQ), baik itu tentang membaca Al-Quran dengan baik dan benar, memahami ilmu tajwid, mempelajari tafsirnya, memahami ulumul Quran, dan lain sebagainya.
Tahap awal dalam tahapan-tahapan pendidikan Al-Quran yang harus dikuasai oleh semua santri adalah membaca Al-Quran dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah tajwid yang digunakan. Di PIQ, riwayat bacaannya mengikuti Imam ‘Ashim riwayat Hafsh.
Proses pembelajaran membaca Al-Quran dengan baik dan benar ini menggunakan Metode Jibril, dimana seorang ustadz sebagai tutor membacakan satu ayat dengan baik dan benar, lalu mempersilahkan santri sebagai peserta untuk mengikuti bacaan sang ustadz. Sementara itu, ustadz juga memperhatikan bacaan santri. Jika ada yang kurang tepat, maka diulang dan diperbaiki. Metode ini mirip dengan metode yang digunakan Malaikat Jibril saat menyampaikan ayat-ayat Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Proses ini berjalan hingga hatam Al-Quran.
Setelah hatam, maka santri yang bersangkutan diperkenankan mengikuti ujian final Al-Quran. Ujian final ini sendiri ada 2 tahap. Tahap pertama, ujian kepada 5 orang ustadz senior dengan maqro’ yang berbeda-beda. Setelah lulus tahap pertama, tahap berikutnya adalah ujian kepada Kyai Basori Alwi langsung.
Untuk tahap awal pendidikan Al-Quran ini, alhamdulillah saya sudah berhasil melaluinya, walaupun terlambat. Terlambat? Ya, karena tahap awal ini seharusnya bisa diselesaikan dalam waktu 2 tahun tapi saya menyelesaikannya pada tahun 2006, tahun ketiga saya nyantri di PIQ.
Berikut ini gambar ijazah/syahadah Al-Quran yang saya terima setelah lulus ujian membaca Al-Quran:
Ijazah tersebut pada intinya menerangkan bahwa santri yang bersangkutan telah menyelesaikan pelajaran membaca Al-Quran 30 juz dengan bacaan Imam ‘Ashim riwayat Hafsh, juga telah di’verifikasi’ bacaannya oleh pengasuh pesantren. Sehingga telah diakui bahwasannya santri yang bersangkutan telah mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan bacaan Imam ‘Ashim riwayat Hafsh.
Selain mendapatkan ijazah, santri yang telah lulus ujian Al-Quran juga mendapatkan selembar kertas berisi urutan sanad bacaan Al-Quran.
Selembar kertas berisikan sanad tersebut menerangkan tentang bagaimana sebuah model bacaan Al-Quran diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, sampai ke Kyai Basori Alwi sebagai guru saya, lalu sampai pada saya.